Mooru. Tradisi menenun (mooru) diwariskan turun temurun oleh warga Suku Muna di Kabupaten Muna, untuk menjaga kelestarian budaya. (Foto: Gugus Suryaman)

Kearifan Lokal Potensial Bangun Pariwisata Berkelanjutan

Diposting pada

TURGO.ID – Sebagai negara yang memiliki beraneka ragam budaya dan kearifan lokal, Indonesia memiliki potensi wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kuncinya dengan memanfaatkan keanekaragaman kearifan lokal yang dimiliki sebagai modal pariwisata berkelanjutan.

“Kebudayaan merupakan dasar pembangunan kepariwisataan Indonesia. Pengembangan destinasi wisata sebagai salah satu pilar pembangunan kepariwisataan nasional esensinya merupakan pemanfaatan warisan kebudayaan itu sendiri,” kata Staf Ahli bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, seperti dikutip Turgo.Id dari laman Kemenparekraf.

Menurutnya, salah satu sektor pariwisata Indonesia yang diminati oleh wisatawan adalah wisata budaya yang berbasis keunikan dari tradisi dan kearifan lokal suatu daerah. Oleh karena itu, ia menilai perlu ada pengelolaan kepariwisataan yang mengedepankan nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa, nilai-nilai keagamaan, serta kelestarian dan mutu lingkungan hidup.

“Jadi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, kebudayaan suatu daerah harus diutamakan. Kegiatan pembangunan kepariwisataan semestinya dapat berkontribusi dalam perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan,” katanya.

Ketua Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia, I Gede Ardika menambahkan, kearifan lokal dan kekayaan budaya setempat merupakan warisan yang harus dijaga oleh seluruh kalangan, terutama oleh masyarakat setempat dengan memperhatikan aspek kesejahteraan masyarakat.

“Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan kegiatan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keindahan, nilai arkeologis dan budaya yang harus dilindungi, untuk diteruskan kepada generasi mendatang. Selain itu, kegiatan kepariwisataan juga harus bisa menjamin agar produk budaya tradisional, kerajinan, dan folklore tetap dapat berkembang dan tidak menjadi produk standar,” ujar Ardika.

Sementara itu, Direktur Utama Lembaga Strategi Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat dan Budaya (Lemstrada) Universitas Indonesia, Prudentia MPSS, menuturkan pemanfaatan kearifan lokal juga perlu dibarengi dengan analisis dampak lingkungan (amdal) dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Amdal berfungsi sebagai bahan perencanaan pembangunan suatu destinasi wisata dan memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha.

“Untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan, kita perlu membuat suatu pemetaan terlebih dahulu. Seperti peta perkembangan objek kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia, peta perkembangan faktor budaya, peta Sumber Daya Manusia kebudayaan, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia untuk mengidentifikasi sarana dan prasarana kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia, serta permasalahan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya,” jelas Prudentia. (Didul)