TURGO.ID – Goa pra-sejarah nan eksotik itu berlokasi di Desa Liangkobori Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Jarak tempuh dari Kota Kendari ke situs purbakala itu sekira 4 jam. Menjangkaunya cukup mudah, lewat jalur laut dan darat.
Liangkobori berasal dari bahasa Muna. Liang berarti Goa, Kobori maknanya Bercoretan atau Goa Bertulis. Penamaan ini diberikan masyarakat Suku Muna sebab di dalam goa terdapat lukisan di dinding yang menggambarkan aktivitas zaman purba nenek moyang Suku Muna. Diperkirakan, goa ini merupakan tempat tinggal para leluhur di zaman pra sejarah.
Seorang peneliti asal Jerman beranam Wolfgang Bieck pernah meneliti goa ini dan hasil identifikasinya kemudian mendapat perhatian Balai Pelestarian Cagar Budaya di Makassar. Menurut data, jumlah situs prasejarah yang teridentifikasi rupanya ada sekitar 30 goa. Masing-masing goa diberi nama sesuai letak, fungsi atau lukisan yang terdapat di dinding dalamnya.
Menurut arkeolog, tinta lukisan diperkirakan berbahan getah pohon tertentu, dicampur darah binatang buruan dan tanah liat. Karena itulah lukisannya tidak pudar dan hilang ribuan tahun.
Lukisan dalam goa menggambarkan aktivitas kehidupan manusia pada zaman dahulu, semisal berburu, memanah, berkelahi, berperang, berlayar, bahkan tradisi gotong-royong tergambar di situ.
Liang Metanduno yang terletak paling depan dan memiliki lukisan terbanyak yakni 364 gambar. Ukuran mulut gua selebar 22 meter, tinggi 4 meter dan kedalaman gua 24 meter.
Ada Liang Kobori dengan jumlah lukisan 205 gambar. Di dalamnya ada terowongan sepanjang 20 meter, sebuah ruang luas yang konon dijadikan tempat pertapaan orang-orang tua terdahulu. Dari stalagtit menetes air bening yang dijadikan sumber air.
Liang Sugi Patani yang memiliki 18 lukisan, dan satu-satunya yang terdapat lukisan layang-layang tertua di dunia. Oleh warga Muna disebut Kaghati. Menurut Wolfgang Biek, usia lukisan itu antara 5000-7000 tahun sebelum masehi. Yang artinya, peradaban layang-layang di Muna telah lebih tua daripada budaya layang-layang di belahan dunia lain.
Untuk dapat menikmati berwisata pra-sejarah di Liangkobori, dari Kota Kendari bisa menempuh perjalanan kapal fiber kurang lebih 3 jam menuju Raha, ibukota Kabupaten Muna. Jarak dari Kota Raha hanya sekitar 30 menit perjalanan darat ke Desa Liangkobori.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sultra, H. Belli mengatakan, wisata sejarah di jazirah kepulauan Sultra sangat kaya, beragam dan bermakna. Ia mengajak seluruh wisatawan nusantara dan mancanegara, untuk mengunjungi destinasi-destinasi yang ada, agar melihat perspektif berbeda dari dunia yang kita lihat sehari-hari.
“Liangkobori adalah salah satu kekayaan wisata alam kita di Sulawesi Tenggara. Destinasi ini sangat langka di seluruh dunia. Selain mengingatkan kita akan dunia masa lampau, kita teredukasi dengan mengunjungi situs situs bersejarah,” kata Belli.