TURGO.ID – PT. Antam Tbk UBP Nikel Konawe Utara menunjukkan komitmennya untuk melaksanakan Good Mining Practice (tata kelola pertambangan yang baik), untuk menjaga daya dukung lingkungan hidup masyarakat di sekitar wilayah operasi pertambangan. Diwujudkan dengan melakukan kewajiban reklamasi melibatkan para ahli di bidang reklamasi lahan juga melibatkan masyarakat lokal dalam pelaksanaannya.
“Reklamasi lahan bekas tambang merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan, setelah lahan tambang dinyatakan mined out atau telah habis cadangannya,” terang General Manager Antam Konut, Anando Hendra Setiawan kepada media, Jumat (20/10/2023).
Baru-baru ini Antam mendatangkan ahli reklamasi lahan bekas tambang yang juga dosen di Institut Pertanian Bogor, Prof. Irdika Mansyur, yang menjadi dosen pengajar di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Serta Dr. Tejo Baskoro, seorang ahli ilmu tanah yang menjadi dosen di kampus yang sama.
Hasil dari survey ini juga didiskusikan bersama para dosen dari beberapa fakultas di Universitas Halu Oleo Kendari. Saat ini Antan sudah memiliki MoU dengan kedua universitas terbaik tersebut dalam bidang pendidikan, riset, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam kunjungannya di Konawe Utara, selain melakukan survei tentang kondisi lahan bekas tambang, juga melakukan inventarisasi jenis tanaman yang sesuai untuk dijadikan tanaman reklamasi lahan bekas tambang di Blok Tapunopaka dan Mandiodo.
Berdasarkan hasil survey tersebut di kawasan hutan di sekitar lahan bekas tambang terdapat berbagai jenis tanaman yang sangat berpotensi untuk dijadikan tanaman reklamasi antara lain Pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Pohon Eha (Castanopsis buruana Mig), Jambu Mete (Anarcardium occidentale), Pohon Jarak (Ricinus communis), dan lainnya.
Menurut Prof. Irdika Mansyur, beberapa jenis tanaman yang ada disekitar wilayah operasi pertambangan layak untuk dikembangkan sebagai tanaman reklamasi, selain dari aspek kesesuaian lahannya, juga karena tanaman tersebut memiliki potensi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya mengunjungi area tambang, para ahli tersebut juga melakukan survey ke masyarakat untuk melihat potensi lokal yang ada di Konawe Utara yang dapat disinkronkan dengan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang. Salah satu potensi yang layak dikembangkan adalah usaha penyulingan minyak atsiri yang menggunakan beberapa jenis tanaman antara lain : Sereh Wangi/Merah (Cymbopogon nardus), Nilam (Pogostemon cablin), Cengkeh (Syzygium aromaticum), Pohon Pala (Myristica fragrans) dan beberapa jenis tanaman lainnya yang sudah dikembangkan oleh masyarakat di sekitar operasi pertambangan.
Tanaman sereh wangi dapat dijadikan tanaman cover crop di area reklamasi. Jadi selain bermanfaat untuk menurunkan laju erosi dan memperbaiki kualitas tanah, tanaman sereh wangi dapat mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Selain tanaman penghasil minyak Atsiri, potensi lainnya adalah peternakan sapi dan kambing yang dapat menyuply kebutuhan pupuk kandang untuk kegiatan reklamasi. Umumnya masyarakat memelihara sapi ataupun kambing hanya untuk diambil hasil dari dagingnya saja.
Padahal selain itu, sapi dan ternak lainnya juga menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan pupuk kandang untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik saat reklamasi lahan bekas tambang. Potensi ekonomi dari pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk reklamasi juga menarik untuk dijadikan program pemberdayaan masyarakat.
“Selain itu Antam juga fokus pada pemberdayaaan masyarakat, dengan mengembangkan potensi ekonomi lokal seperti pertanian, perikanan, peternakan, wisata, dan berbagai potensi lokal lainnya yang dapat menjadi penggerak ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat,” tandas GM Antam Konut, Anando Hendra Setiawan. (Rls)