Kendari, Turgo.id – Satu lagi peninggalan sejarah kesulatanan Buton yang menarik perhatian wisatawan dan pecinta sejarah, ialah Benteng Liya Togo yang terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Benteng yang terletak di pulau Wangi-wangi ini merupakan saksi bisu kejayaan dan peradaban masyarakat Buton pada masa lampau dengan menyuguhkan suasana unik, dimana, pengunjung dapat merasakan perpaduan antara keindahan alam dan kekayaan sejarah.
Catatan Sejarah dan Latar Belakang Benteng Liya Togo
Benteng Liya Togo dibangun pada tahun 1200 M oleh Kesultanan Buton yang kala itu merupakan kerajaan maritim kuat di wilayah Sulawesi Tenggara. Benteng ini awalnya didirikan untuk melindungi masyarakat dari serangan bajak laut dan ancaman musuh, sekaligus menjadi pusat pemerintahan di wilayah tersebut, serta berfungsi sebagai tempat berlindung bagi masyarakat pada masa-masa sulit.
Di dalam benteng terdapat beberapa peninggalan arkeologis, termasuk rumah-rumah tradisional, masjid kuno, dan makam para leluhur masyarakat setempat. Masjid Tua di dalam kawasan benteng ini adalah salah satu bangunan tertua yang hingga kini masih digunakan untuk beribadah, dan diyakini sebagai pusat penyebaran agama Islam di Wakatobi.
Struktur dan Arsitektur Benteng Liya Togo
Benteng Liya Togo memiliki desain yang khas, mencerminkan gaya arsitektur pertahanan tradisional dibangun dengan prinsip adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Tembok benteng ini memiliki ketinggian sekitar 2-3meter dengan batu karang yang direkatkan oleh campuran tanah dan kapur, sehingga menjadikannya kuat dan tahan lama. Keunikan lain dari Benteng Liya Togo adalah adanya empat pintu gerbang yang disebut “lawa.” Setiap pintu gerbang memiliki nama dan fungsi tersendiri, misalnya Lawa Karoma (pintu utama) yang menjadi akses utama masuk ke dalam benteng. Pintu-pintu gerbang ini dihiasi dengan ornamen tradisional Buton yang unik dan kaya akan nilai seni budaya. Selain itu, di dalam kawasan benteng terdapat Masjid Liya Togo, yang merupakan masjid tua dan menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat hingga kini.
Dalamnya terdapat Masjid Tua Liya Togo yang berdiri bersamaan dengan pembangunan benteng. Masjid ini menjadi pusat keagamaan dan tempat berkumpulnya masyarakat. Memiliki arsitektur tradisional yang unik, dengan atap berbentuk limas yang terbuat dari kayu dan hiasan ukiran sederhana namun sarat akan nilai sejarah. Masjid ini juga menjadi saksi perkembangan Islam di Wakatobi, terutama di wilayah Liya. Selain fungsi keagamaan, masjid ini juga memiliki fungsi sosial sebagai tempat bermusyawarah dan menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan.
Benteng Liya Togo merupakan warisan sejarah yang sangat berharga bagi Indonesia, khususnya bagi masyarakat Wakatobi. Tidak hanya menjadi saksi perjuangan dan pertahanan masa lalu, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Liya. Dengan keindahan arsitektur, kedalaman sejarah, dan kekayaan nilai budayanya, Benteng Liya Togo tetap berdiri tegak sebagai bukti kejayaan dan ketahanan masyarakat lokal yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Eky Syaputra
Editor: Uci Lestari