Turgo.id #Enjoy_Indonesia

Selalu ada saja yang menarik tatkala menyapa Pulau Muna. Misteri yang terpendam tentang kearifan budaya lokal masih menjadi perbincangan oleh kalangan pemerhati budayanya. Sebut saja tentang relief lukisan pada gua Liangkori yang menggambarkan kehidupan masyarakat purba, dimana beberapa dinding gua yang melukiskan masyarakat bercocok tanam dan berburu hingga menerbagkan layang-layang (oleh masyarakat suku Muna menyebutnya Kaghati Kolope).

Menyeberang dengan perahu katinting sekitar 20 menit dari Pantai Meleura, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, kita menemukan danau yang tersembunyi sejak ribuan tahun lalu dengan ratusan bahkan mungkin ribuan ekor Ubur-ubur jinak yang tak akan menyengat sedikit pun.

Umumnya singkong direbus atau digoreng untuk dikonsumsi. Namun, lain halnya bagi masyarakat Buton dan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Mereka mengolah ketela pohon, sehingga memiliki bentuk dan rasa yang berbeda saat disajikan. Olahan ubi kayu ini dinamakan kasoami.

Oh, betapa nikmatnya sajian sebuah kopi panas jika disesap atau diseruput. Terasa reseptor indera pengecap basah dan larut di dalamnya lalu membangkitkan motoris otak melalui impuls saraf yang diinterpretasikan sebagai rasa pada korteks orak di lobus parientalis.

Di Muna, ada kerajinan hiasan unik yang terbuat dari akar-akaran pohon jati tua yang disebut Gembol. Biasanya dibuat menjadi meja, kursi, jam dinding, vas bunga hingga asbak. Nilai seninya tinggi dan dihargai paling murah Rp5 juta sampai termahal Rp30 juta.

Warga Lohia memiliki tradisi menganyam serat batang tumbuhan merambat yang disebut Nentu. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun, bahkan kini masuk dalam pelajaran kesenian dan muatan lokal di sekolah-sekolah setempat. Hasil kerajinan ini selalu menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung ke Muna, untuk dijadikan buah tangan.

(Cerita oleh: Novrizal R Topa) TURGO.ID – Sudah menjadi tradisi masyarakat Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara mengajak kerabat dan handai taulan ketika […]