Ilustrasi berwisata di gunung (Foto: Dok. Turgo.id)

Menghindari Hipotermia Saat Mendaki Gunung

Diposting pada

TURGO.ID – Mendaki gunung merupakan salah satu aktivitas yang memerlukan persiapan serius. Tanpa persiapan yang matang masalah dapat saja datang saat dalam pendakian. Salah satu yang menghantui para pendaki gunung, yakni hipotermia.

Hipotermia merupakan penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi bahaya. Saat berada di ketinggian gunung, jika tak diantisipasi hipotermia biasanya menyerang pendaki dengan gejala suhu tubuh turun drastis sampai 35 derajat celcius bahkan lebih rendah lagi. Efeknya menimbulkan gangguan fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya.

Dikutip dari halodoc.com, ketika hipotermia, sebagian besar panas tubuh hilang karena keluar melalui kulit dan napas dari paru-paru. Hal ini mempercepat bagian tersebut terkena angin atau mengalami kelembapan yang menyebabkan bertambah dingin.

Pusat kontrol untuk mengatur suhu di otak atau hipotalamus berusaha menaikkan suhu tubuh dengan memicu proses pemanasan terhadap tubuh. Selama terpapar suhu dingin, tubuh menggigil. Respons ini dilakukan tubuh untuk menghasilkan panas melalui aktivitas otot, sehingga pembuluh darah menyempit sementara.

Hipotermia digolongkan dalam tiga tahap, yakni ringan, sedang, dan berat. Setiap tahap tersebut menunjukkan gejala hipotermia saat naik gunung yang berbeda-beda.

Hipotermia Ringan
Gejala umumnya menggigil. Kondisi ini dapat diobati dengan mencari tempat berlindung, menggunakan pakaian tebal, dan mengonsumsi makanan dengan energi tinggi dan minuman hangat.

Hipotermia Sedang
Pengidapnya sudah tak dapat berhenti menggigil, sehingga energi tubuh menipis dan proses pemanasan tubuh dari dalam tidak terjadi. Akibatnya kesulitan untuk bicara dan mudah kehilangan keseimbangan. Ini membuat pengidapnya kebingungan dan berhalusinasi. Jantung mengalami fibrilasi dan dapat mengalami kolaps.

Hipotermia Berat
Dalam kondisi ini terjadi gangguan serius terhadap fibrilasi ventrikel di jantung. Hal ini menyebabkan irama jantung tidak normal dan dapat mengancam nyawa.

Gejala hipotermia sebaiknya diwaspadai para pendaki gunung sejak kondisi awal agar tubuh segera dapat dihangatkan dan tidak terjadi komplikasi yang membahayakan.

Untuk antisipasi terjadinya hipotermia, berikut tips yang dirangkum TURGO ID dari berbagai sumber.

1. Melakukan pendakian saat cuaca cerah

Pada waktu ini suhu di atas gunung lebih hangat karena sengatan sinar matahari, dibandingkan saat cuaca berawan atau hujan.

2. Tidak dalam kondisi perut kosong

Kondisi perut kosong membuat tubuh tak memiliki energi  untuk memanaskan tubuh. Untuk itu, perbekalan makanan saat mendaki menjadi sangat penting.

3. Tak mengenakan pakaian berbahan jeans

Kain jeans berpori-pori besar dapat memudahkan udara dingin masuk, sehingga hipotermia bisa terjadi.

4. Memperhatikan peralatan mendaki

Pastikan alat mendaki seperti jaket, penutup kepala, sarung tangan, kaos kaki dan tangan, sepatu, dan celana. Sebaiknya membawa lebih dari satu perlengkapan tersebut agar ketika basah dapat segera diganti.

Itulah beberapa kiat mengantisipasi terjadinya hipotermia saat melakukan pendakian. Semoga bermanfaat. Selamat mencoba.