Masjid dan tiang bendera berusia ratusan tahun dalam Benteng Keraton Buton, Kota Baubau. Foto: TURGO ID

7 Spot Wisata dalam Benteng Keraton Buton Baubau

Diposting pada

TURGO ID Limbo Wolio, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 30 Oktober 2022 lalu ditetapkan oleh Kemenparekraf sebagai pemenang kedua Kategori Toilet Umum dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Destinasi yang merupakan kawasan Benteng Keraton Buton di Kota Baubau ini menjadi juara 2 karena dianggap layak dalam pemenuhan sarana dan prasarana dalam memenuhi kenyamanan pengunjung di lokasi wisata Limbo Wolio.

Kawasan Benteng Keraton Buton ini pada tahun 2006 oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) bersama dengan Guinness Book Of World Record menobatkannya sebagai benteng terluas di dunia dengan luas 23, 375 Ha dan keliling benteng sepanjang 2.740 meter.

Pengunjung wisata di Limbo Wolio. Foto: Pokdarwis Dadi Mangura Melai

Muhammad Asrul Salam, S. Pd. selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dadi Mangura, Kelurahan Melai, Kota Baubau, mengatakan di Limbo Wolio terdapat 47 spot wisata.

Spot tersebut merupakan peninggalan Kesultanan Buton, berupa istana, makam, masjid, dan perangkat pelantikan raja dan sultan. Ada pula sejumlah sungai kecil yang biasa dijadikan permandian dalam lokasi ini.

“Tapi yang sering dikunjungi Masjid Keraton, Kasulana Tombi , Batu Popaua, Batu yi Gandangi, Kamali Kara, Kamali Bata, dan Liana La Tondu,” terang pria yang juga tinggal di dalam kawasan Limbo Wolio kepada TURGO ID pada Senin (7/11/2022).

Berikut ulasan 7 spot wisata dalam lokasi Limbo Wolio yang dirangkum TURGO ID.

1. Masigi Ogena

Masigi Ogena merupakan Masjid Agung Kesultanan Buton di masa lalu yang didirikan tahun 1541 masehi. Masjid berusia hampir setengah milenium ini didirikan Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis.

Masjid Berusia Ratusan Tahun di Kota Baubau, Masigi Ogena. Foto: Turgo.

Konon kayu yang digunakan membangun masjid ini berjumlah 313 potong. Angka ini dianalogikan sesuai jumlah tulang pada manusia.

Jumlah anak tangga masuk masjid sebanyak 17. Jumlah yang sama dengan rakaat dalam shalat wajib sehari semalam.

Pintu dan jendela yang berjumlah 12. Angka ini juga dianalogikan dengan 12 lubang pada manusia.

2. Kasulana Tombi

Kasulana Tombi merupakan tiang bendera setinggi 21 meter yang digunakan Kesultanan Buton di masa lalu. Tiang yang terbuat dari kayu jati ini didirikan pada akhir abad ke-17.

Tiang bendera di samping Masjid Kesultanan Buton dalam kawasan Limbo Wolio, Benteng Keraton Buton, Baubau, Sultra. Foto: Turgo.

Sekitar tahun 1870 tiang bendera ini sempat disambar petir dan mengalami kerusakan. Namun, setelah diperbaiki tiang ini tetap berdiri kokoh di dekat Masjid Keraton Buton.
Tiang ini dulunya difungsikan untuk mengibarkan bendera Tombi Longa-Longa.

3. Batu Popaua

Batu Popaua merupakan batu alam dengan lubang memanjang di bagian tengahnya. Batu ini disakralkan karena dijadikan tempat pengambilan sumpah para raja maupun sultan Buton.

Pengunjung di Limbo Wolio saat mengunjungi Batu Popaua mendapatkan penjelasan dari Pokdarwis Dadi Mangura Melai. Foto: M. Asrul Salam for TURGO ID

Disebut Batu Popaua karena di atas batu ini raja maupun sultan memasukkan kaki kiri dan kanan secara bergantian dengan diputarkan payung kebesaran di atas kepala mereka. Kemudian mereka mengucapkan sumpah dengan dipandu seorang anggota Siolimbona.

4. Batu yi Gandangi

Batu yi Gandangi merupakan tugu batu setinggi 1,40 meter yang memiliki celah di sisi luarnya.
Pada masa lalu terdapat mata air di celah batu ini yang diyakini dapat mengeluarkan air saat pelantikan raja maupun sultan.

Batu yi Gandangi di Kompleks Keraton Buton. Foto: M. Asrul Salam for TURGO ID

Disebut Batu yi Gandangi karena di tempat ini dilakukan pemukulan gendang pada malam sebelum pelantikan raja atau sultan. Air yang keluar dari celah tersebut dipakai memandikan raja maupun sultan keesokan harinya.

5. Kamali Kara

Kamali Kara merupakan istana sultan yang didirikan pada masa Sultan Muhammad Hamidi yang menjabat tahun 1927 sampai 1937.
Bangunan empat lantai ini didirikan hanya dengan saling mengait tanpa tali pengikat ataupun paku.
Kamali dalam penataan struktur bangunannya didasari konsep kosmologi sebagai wujud keseimbangan alam  dan manusia.

6. Kamali Bata

Kamali Bata merupakan istana Sultan Muhammad Umar Qaimuddin yang menjadi Sultan Buton XXXII (1886-1904).
Disebut Kamali Bata karena atap bangunan yang digunakan berupa genteng tanah liat, masyarakat Buton menyebutnya padha bata.
Kamali Bata merupakan arsitektur yang kaya akan makna simbolis.

7. Liana La Tondu

Liana La Tondu merupakan gua kecil berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter yang menempel di sisi luar benteng. Gua ini disebut merupakan tempat persembunyian Raja Arung Palakka dari Bone saat berada di Buton.

Jadi, tertarik mengunjungi yang mana?

(Didul)