Tarian Gadis Karia, Budaya Muna yang Wajib Disaksikan

Diposting pada

TURGO.ID – Setiap gadis dari Suku Muna wajib menjalani Karia. Ritual budaya yang kita kenal sebagai pingitan ini, berlaku bagi anak perempuan yang sudah menginjak usia aqil baligh atau belum menikah. Hingga kini, tradisi itu masih berlaku.

Kabupaten Muna, yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan tradisi budaya yang unik. Salah satu yang menarik perhatian adalah upacara adat pingitan itu. Karia sebagai sebuah ritual khas masyarakat Muna, kini menjadi daya tarik wisata budaya.

Karia merupakan sebuah ritual adat yang menandai transisi seorang gadis menuju kedewasaan. Tradisi ini sarat dengan nilai-nilai filosofi, pendidikan, dan penghormatan terhadap adat istiadat leluhur. Wisatawan yang menyaksikan prosesi ini akan terpesona oleh keindahan pakaian adat, kesakralan ritual, serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Dalam ritual ini, gadis yang menjalani karia mengenakan busana adat khas Muna, seperti kain tenun warna-warni yang mencolok, dengan perhiasan emas dan mahkota tradisional. Mereka duduk berjajar selama puncak acara, menampilkan keanggunan budaya masyarakat Muna. Para gadis mengikuti prosesi karia biasanya bersama-sama.

Konon, di zaman dulu tradisi ini merupakan atraksi untuk menampilkan gadis gadis yang siap menikah. Sebelum tampil menari di atas panggung, para gadis menjalani karantina di loteng rumah atau ‘ghahu, untuk mendapat nasehat dari tetua. Lalu tiba masanya, digendong keluar oleh ayah atau saudara laki-lakinya menuju panggung yang selanjutnya akan menari Linda di hadapan masyarakat umum. Seolah menunjukkan inilah gadis yang sudah dewasa dan siap dipinang.

Tahapan Prosesi yang Dapat Disaksikan
Wisatawan yang datang untuk menyaksikan upacara ini dapat menikmati beberapa tahapan menarik, di antaranya:
• Masa Pingitan 7 Hari
Gadis yang akan karia menjalani masa karantina di dalam ruangan selama beberapa hari. Tidak boleh terkena cahaya luar, hanya satu lilin yang menerangi. Dahulu berlangsung tujuh hari, namun kini lebih singkat hanya 3 hari. Dalam masa ini, mereka mendapatkan pembelajaran tentang tata krama, tanggung jawab sebagai perempuan dewasa, serta nilai-nilai kehidupan. Masa ini biasanya tidak terbuka untuk umum, tetapi pengantar tradisi sering dijelaskan kepada pengunjung.
• Puncak Ritual, Memamerkan Diri
Bagian yang paling menarik adalah puncak ritual, di mana gadis gadis pingitan diperkenalkan kepada masyarakat. Ayah atau saudara laki-lakinya akan menggendong mereka keluar menuju panggung yang sudah tersedia. Gadis pingitan tak boleh menginjak tanah sebelum menari. Di panggung, mereka duduk berjajar dalam balutan pakaian adat yang indah, dengan dekorasi yang meriah. Wisatawan dapat menyaksikan langsung prosesi ini, yang diiringi oleh musik tradisional dan doa adat.
• Pemberian Hadiah yang Unik
Setelah prosesi doa selesai, acara berlanjut dengan perayaan yang melibatkan seluruh masyarakat. Gadis Karia akan melenggokkan tarian tradisional “Linda”, mengikuti musik khas daerah dari dentuman gong, gendang, dan kesepe. Di saat itulah penonton dapat memberikan hadian dengan cara melempar ke arah gadis penari. Anda dapat memberikan pada yang bersangkutan saat tiba gilirannya menari.

Bagi pria yang siap melamar, ia dapat melakukannya di atas panggung saat giliran sang pujaan hati menari. Jika si gadis bersedia, ia akan memakaikan selendang tarinya kepada sang kekasih.

Tradisinya, siapapun yang mendapat kalungan selendang dari gadis karia, maka ia mendapat kehormatan tertentu sebagai lelaki spesial. Biasanya akan mendapat balasan hadiah besar dari yang bersangkutan. Seringkali selendang mendarat di pundak ayah, saudara lelaki, paman, atau kekasih.

Di akhir acara tersedia jamuan makanan tradisional menjadi bagian dari perayaan ini, yang menciptakan suasana meriah dan penuh kebersamaan.

Tradisi karia di Kabupaten Muna tidak hanya menawarkan pengalaman visual yang memukau, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar tentang kekayaan adat dan budaya lokal. Beberapa daya tarik yang ditawarkan adalah:
• Keindahan Pakaian Adat: Kain tenun khas Muna dan perhiasan emas menjadi daya tarik tersendiri.
• Keunikan Prosesi: Setiap tahapan upacara mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Muna yang kaya akan nilai tradisi.
• Interaksi Budaya: Wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat dan mendalami makna dari setiap ritual.

Tradisi Karia di Kabupaten Muna adalah pilihan tepat bagi pecinta tradisi dan sejarah. Melalui pengalaman ini, wisatawan tidak hanya menikmati keindahan budaya, tetapi juga memperluas wawasan tentang kearifan lokal yang terus dijaga oleh masyarakat Muna. Sebagai salah satu warisan budaya yang hidup, Karia menjadi bukti nyata betapa kayanya tradisi Indonesia yang patut untuk terus dilestarikan.

Jika Anda merencanakan perjalanan ke Sulawesi Tenggara, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan langsung upacara pingitan di Kabupaten Muna, sebuah tradisi yang memadukan keindahan, makna, dan kekayaan budaya yang tiada duanya.

Penulis: Eky Syaputra
Editor: Gugus Suryaman