Gerbang Benteng Tiworo di Muna Barat (Foto: Nurhaeni/Lajur)

Pesona Cagar Budaya Benteng Tiworo Mubar dan Sekilas Sejarah yang Tak Boleh Terlewatkan

Diposting pada

Kendari, Turgo.id – Pesona Cagar Budaya Benteng Tiworo yang telah direkomendasikan melalui sidang rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muna Barat Desember tahun lalu kini semakin eksis terhadap pengunjung.

Benteng yang memiliki luas kurang lebih dua hektar ini menjadi salah satu pilihan wisata yang ada di Kelurahan Waumere, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat.

Kabid Promosi dan Pemasaran Pariwisata Dispar Provinisi Sultra, Andi Syahrir mengatakan, meski memiliki banyak perubahan, tapi lokasi benteng Tiworo ini masih disakralkan.

Bentuk dan keindahan dari benteng ini masih dapat disaksikan hingga saat ini, benteng yang terbuat dari batu-batu kecil dan besar yang tersusun rapi, dan berdiri kokoh di pusat Kota Kecamatan Tiworo Kepulauan. Tinggi Benteng Tiworo ini bervariasi, antara tiga sampai empat meter dengan lokasi strategis yang menjadi pusat dari pemerintahan Kerajaan Tiworo. Hingga kini, lokasi Benteng Tiworo pun masih disaklarkan, meski bentuk aslinya telah mengalami perubahan.

Benteng Tiworo ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Tiworo yang dibangun abad ke-16 Raja La Ode Asmara atau Sangia Barakati dan masih berdiri kokoh hingga saat ini di tengah wilayah Laworo.

Pembuatan Benteng ini dari bahan batu yang diangkat masyarakat dengan cara berjejer sepanjang 150 kilometer. Batu-batu yang digunakan untuk membuat Benteng Tiworo didatangkan dari Lokawoghe yang terletak di bagian Desa Tongkuno lama.

Menurut catatan sejarah, benteng ini dibuat hanya dalam waktu satu malam, oleh para pekerja yang belum mengenal rasa berat dan ringan. Untuk mengangkat batu yang akan digunakan membangun benteng, para pekerja melapisi tangan mereka menggunakan kain sutera.

Dahulunya, Benteng Tiworo ini digunakan untuk tempat pemerintahan dan pertahanan. Selain sebagai kubu pertahanan, Benteng Tiworo ini juga berperan sebagai tempat pelantikan Raja. Raja yang terakhir dilantik di benteng ini adalah La ode Sampaga.

Pada saat ini, benteng ini berfungsi sebagai sistem sejarah sekaligus sebagai tempat wisata “Benteng Tiworo” dengan nama Tiworo. Tiworo adalah simbol dalam pemerintahan yang memiliki makna untuk menghimbau masyarakatnya agar tetap ada pada satu arah.

Penulis: Eky Syaputra
Editor: Uci Lestari