TURGO.ID – Perusahaan tambang melakukan pengrusakan alam di kawasan operasi produksinya tak dapat dihindari. Mengeruk tanah, menggunduli hutan, atau mencemari air merupakan konsekwensi dari praktik penambangan. Tak terkecuali wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) yang mencakup area destinasi wisata.
Sisi lainnya, perusahaan yang menerapkan good mining practice atau sistem penambangan yang baik, tak akan membiarkan itu menjadi luka yang menyimpan petaka di kemudian hari. Tata cara penambangan yang baik menuntut pelestarian alam dan lingkungan untuk keberlanjutan masa depan. Sebab tambang adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui, akan habis pada masanya. Lagipula, tak semua orang hidup dari usaha pertambangan.
PT Antam Tbk menyadari dan menaati hal itu. Lahan konsesi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Antam mencapai puluhan ribu hektar. Di Sulawesi Tenggara, perusahaan plat merah ini memiliki dua unit usaha, yakni Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Kolaka yang mencakup Pomalaa, Batu Kilat, Sitallo, Maniang dan Tambea di Kabupaten Kolaka, serta UBPN Konawe Utara di Asera, Molawe dan Mandiodo Kabupaten Konawe Utara.
Di Kolaka, Antam memiliki luas lahan operasi produksi lebih dari 6 ribu hektar. Terbagi dalam area ring I, II, dan III. Sejak beroperasi tahun 1968, PT Antam sudah memberi banyak kontribusi untuk pengembangan industri dan destinasi wisata. Di Pomalaa, Antam menciptakan Pantai Harapan. Pesisir yang satu kawasan dengan pabrik Feronikel Pomalaa itu merupakan aset Antam. Kini disulap menjadi destinasi favorit warga lokal maupun tamu dari luar.
Di Pantai Harapan, ribuan pohon bakau ditanam rapih dan indah. Pantai itu tak cukup berpasir, namun hamparan slag atau batuan limbah pabrik justru mempercantik tampilan pantai tersebut.
Kontribusi lainnya, Antam juga mendanai pengembangan kawasan wisata yang diprogramkan Pemerintah Kabupaten Kolaka. Sebut saja Sungai Tamborasi yang terkenal sebagai sungai terpendek di dunia itu. Sungai selebar 15 meter dengan panjang hulu ke hilir hanya 20 meter tersebut kini semakin nyaman. Pemda dengan bantuan Antam tahun 2015, membangun fasilitas gazebo 2 unit untuk pengunjung Tamborasi.
Tak hanya itu, masih banyak fasilitas publik yang dikembangkan Pemkab Kolaka, turut melibatkan Antam selama kurun setahun belakangan. Destinasi permandian air panas Kea Kea di Kecamatan Latambaga, dibangun 1 unit pendopo. Di Desa Tambea Kecamatan Pomalaa, memberikan bantuan 4 perahu fiber sebagai sarana pendukung industri pariwisata lokal, perahu itu menjadi penghubung mengunjungi pulau-pulau di sekitaran Teluk Bone seperti Pulau Padamarang. Antam juga berkontribusi membangun Wisata Karamba berupa transplantasi karang dan jembatan titian.
Selama tahun 2023, Antam telah menanam 4.500 mangrove di Desa Hakatutobu, menyumbang 2 unit PLTS, jembatan titian dan dermaga Hakatutobu, serta spot wisata karamba yang sedang dalam proses.
External Relations Manager PT Antam UBPN Kolaka, Bambang Tri Ariwibowo, menjelaskan, kontribusi tersebut merupakan salah satu bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan yang diberikan melalui pendanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Antam. Mengacu pada UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, dimana pemegang izin konsesi tambang wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang.
“Dalam menjalankan setiap aktivitas operasional, Antam memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan praktik-praktik pertambangan terbaik, sehingga tetap mampu menjaga lingkungan dan kelestarian alam,” kata Bambang, Kamis (14 September 2023).
Lanjutnya, perusahaan memahami bahwa industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memberikan dampak terhadap bentang alam. Namun demikian, jika dikelola dengan baik, industri pertambangan sesungguhnya juga memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup.
Di Konawe Utara, Antam memiliki luas lahan konsesi lebih dari 23 ribu hektar. Unit bisnis ini baru berjalan dua tahun, sejak 2021 resmi beroperasi terpisah dari Pomalaa. Meski tak memiliki pabrik pengolahan Feronikel, Antam Konut menjalankan operasinya mengikuti tata kelola pertambangan yang baik sesuai undang-undang.
Business Support Senior Manager PT Antam Konut, Muhammad Rusdan, mengatakan, pihaknya berkomitmen mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan, keselamatan kerja, dan kelestarian lingkungan.
“Antam berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menjaga kondisi lingkungan, habitat flora dan fauna, serta produktivitas area sekitar tambang agar tetap memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar,” kata Rusdan.
Sepanjang beroperasi, Antam Konut telah berkontribusi pada penanaman Mangrove bekerjasama dengan Universitas Halu Oleo Kendari, Pemda Konawe, Konawe Utara dan TNI. Hingga 2023, telah tertanam 2022 bibit mangrove di pesisir Kabupaten Konawe dan Konawe Utara.
Tidak hanya itu, Manager PR dan CSR Antam Konut, Fahrul mengungkapkan, pihaknya memprogramkan dalam bentuk lain untuk masyarakat di kawasan wisata Labengki Konawe Utara. Antam menginginkan bantuannya bersifat sustain atau berkelanjutan untuk kelangsungan ekonomi warga setempat.
“Labengki itu memang masuk ring II di kawasan Antam, tapi kita ingin support untk kemajuan ekonomi warga di sana dengan fokus pada pengembangan pariwisata. Terutama di Labengki Kecil, termasuk pulau-pulau lain di sekitarnya,” kata Fahrul, Sabtu (9 September 2023).
Bantuan yang dimaksud seperti pengembangan desa wisata, pembinaan SDM warga lokal, pendampingan UMKM, hingga pemberian bantuan fasilitas penunjang seperti sumur bor dan lain lain.
“Kami tidak hanya mau membantu yang sifatnya kebutuhan sesaat, kalau bisa kita bersama-sama memprogramkan kegiatan berkelanjutan untuk ekonomi masyarakat yang tidak bergantung pada pertambangan,” tandasnya.
Menurut annual report PT Antam yang merupakan grup MIND ID, sepanjang tahun 2022 ANTAM telah menanam total 167.056 pohon yang terdiri dari 95.930 pohon yang ditanam di lahan bekas tambang dan 71.126 pohon di luar bekas tambang. Alokasi dana dan investasi lingkungan yang dikeluarkan untuk itu tercatat sebesar Rp142,93 miliar.
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sultra mencatat angka kunjungan wisata tahun 2022 mencapai 12,78 juta, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebanyak 12,5 juta. Dengan presentase pertumbuhan 129,27 persen.
Pencapaian di sektor pariwisata ini menjadi salah satu penyumbang tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sultra yang tahun 2022 meningkat sebesar 5,53 persen. Lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional sebesar 5,31 persen.
“Capaian pertumbuhan ekonomi Sultra saat ini tidak lepas dari sektor UMKM dan pariwisata yang masih sangat besar potensinya untuk terus dikembangkan ke depan bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat,” terang Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sultra, Belli Tombili, Agustus 2023 lalu.
Gugus Suryaman