RTH Papalimba Puday yang menjadi area publik warga Kota Kendari di Kecamatan Abeli. (Foto: dok/Turgo.id)

Pemkot Kendari Bangun 3 Kampung Wisata Ini di Abeli

Diposting pada

TURGO.ID – Kecamatan Abeli merupakan salah satu wilayah yang dikembangkan Pemerintah Kota Kendari melalui program Kampung Wisata. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Kendari menetapkan tiga kelurahan di Abeli sebagai destinasi alternatif kunjungan wisata, yakni Kelurahan Talia, Lapulu, dan Puday.

Sejak 2020, pemerintah membangun kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di ketiga wilayah itu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

Khusus kampung wisata, Pemkot Kendari mengalokasikan anggaran untuk menjadi daerah kunjungan wisata dalam kota. Berbagai kebijakan juga dilakukan Pemkot agar program tersebut terlaksana dengan baik. Berbagai pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat setempat telah dilaksanakan. Di masing-masing kelurahan, telah terbentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bertugas untuk mengelola destinasinya.

RTH Talia Kecamatan Abeli. (Foto: dok/Turgo.id)

Talia

Di Kelurahan Talia, Pemkot membangun Waterfront City atau kota tepi laut. Kampung nelayan yang dulunya tampak kumuh dan tak beraturan, kini kelihatan rapih, bersih dan indah. Warga pun memiliki lingkungan yang asri dan sehat.

Talia merupakan kawasan pemukiman nelayan yang berhadapan langsung dengan Kelurahan Bungkutoko yang dihubungkan sebuah jembatan ikonik, yaitu Jembatan Kuning. Namun di wilayah itu juga telah menjadi area publik dan terbuka untuk kunjungan wisata kota. Semenjak dibuat Ruang Terbuka Hijau, kawasan Talia kini menjadi lebih ramai dan menjadi tujuan warga menikmati sore atau area olahraga. Khususnya di area pertigaan Jembatan Kuning.

Pemandangan di lokasi ini sangat indah, apalagi saat sore hari. Warga akan disuguhkan ruang terbuka hijau yang bersih, ditambah tempat nongkrong yang menyuguhkan berbagai jajanan di tempat duduk yang nyaman dan berwarna.

Warga setempat memanfaatkan RTH Talia menjadi lokasi mengumpulkan rejeki dari berdagang jajanan di tempat nongkrong. Tak hanya warga lokal, yang berkunjung di tempat itu juga banyak dari warga luar kota.

RTH Papalimba Puday yang menjadi area publik warga Kota Kendari di Kecamatan Abeli saat malam hari. (Foto: dok/Turgo.id)

Puday

Kawasan ini dibangun menggunakan APBN. Kini telah dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi meraup rejeki. Pemerintah Kota Kendari lantas menetapkannya sebagai salah satu kampung wisata yang dikembangkan untuk kemanfaatan lebih bagi masyarakat.

Dengan penetapan sebagai kampung wisata, kebijakan APBD pun mengarah pada pembangunan kawasan ini. Pemkot menamai ruang terbuka hijau Puday menjadi RTH Papalimba Puday.

Dulunya, kawasan ini merupakan area tambat labuh para nelayan yang menggunakan perahunya sebagai alat transportasi laut kawasan teluk. Semenjak Jembatan Teluk Kendari yang jadi penghubung antar bagian daratan di teluk resmi dioperasikan, banyak diantara ojek laut atau papalimbang itu kehilangan mata pencaharian. Sehingga kawasan tambat labuh Puday pun menganggur.

Pemkot Kendari lantas menyulap area yang sempat sepi dan tak terurus itu menjadi RTH. Sehingga kini tampak hidup dan cerah kembali. Warga setempat pun sumringah, sebab sumber pendapatan baru di RTH Papalimbang Puday terbuka. Banyak diantara mereka lantas membuka usaha kuliner, jajanan hingga hiburan untuk anak-anak seperti penyewaan sepeda listrik dan lain-lain.

Gerbang RTH Lapulu di Kecamatan Abeli. (Foto: dok/Turgo.id)

Lapulu

Selain terkenal karena keberadaan pasarnya, Lapulu juga merupakan area tambat labuh para nelayan setempat. Di pesisir, dulunya juga tampak kumuh dan tak beraturan.

Kini kawasan pesisir Lapulu menjadi indah dan bersih berkat upaya pemerintah membangun RTH di area tersebut. Bersambung dengan RTH Papalimba Puday, Lapulu juga memiliki Waterfront City yang mirip dengan yang dimiliki Puday.

Anggota DPRD Kota Kendari, La Yuli, menjelaskan, anggaran pengembangan dua kawasan tersebut dilakukan sejak tahun 2020. “Petoaha, Bungkutoko, Puday, Lapulu, Kebun Raya, itu awalnya dibangun melalui APBN. Sedangkan APBD itu Pantai Nambo,” katanya.

Saat ini kebijakan APBD akan diarahkan untuk pengembangan kawasan tersebut agar nilai kemanfaatannya lebih besar lagi untuk masyarakat setempat. Dia meminta daerah lain juga menggali potensi di wilayah masing-masing yang bisa dikembangkan baik melalui penganggaran APBD maupun APBN.(ADV)