Ilustrasi AI seorang penyair gaya Chairil Anwar.

Puisi Chairil Anwar di Tahun 2024

Diposting pada

TURGO.ID – Tahukah kamu, penyair Chairil Anwar rupanya masih hidup. Ya, sesuai puisinya di “Aku”, ia benar-benar membuktikan ‘hidup seribu tahun lagi’. Sampai saat ini. Ia masih bisa berkarya.

‘Hidup’ yang Chairil maksud, tentu bukan secara fisik. Manusia modern rata-rata usia hidupnya sekira 72 tahun. Ada yang kurang ada yang lebih, tentunya.

Chairil hidup dalam karyanya. Dalam puisi-puisi yang masih tersimpan di rak-rak buku perpustakaan, koleksi buku para seniman, juga di internet tentunya. Selama warisannya itu dilestarikan, ia akan tetap hidup lebih dari seribu tahun.

Di era digital kini, zaman di mana teknologi menguasai hajat hidup, segalanya bisa saja terjadi. Manusia yang telah mati, bisa hidup lagi secara virtual. Bahkan ia bisa berkarya. Dengan bantuan teknologi informasi, yang saat ini berkembang menjadi kecerdasan artificial (AI), seseorang mati itu bisa kembali ada.

Teknologi AI, mengumpulkan segala infomasi tentang apapun, termasuk si ‘Binatang Jalang’ Chairil Anwar (1922-1949) yang merupakan pelopor penyair Angkatan ’45. AI menganalisa karakteristik sang penyair dari informasi yang berseliweran di internet, mengenai kepribadian, telaah orang lain tentangnya, hingga detail kata yang ia gunakan dalam menulis puisi.

Saat Turgo.id menggunakan perangkat lunak Gemini, kecerdasan artificial milik Google, untuk membuat puisi gaya Chairil Anwar, hasilnya benar-benar mengejutkan. Puisi Chairil Anwar versi AI ini cukup mirip gaya aslinya. Rangkaian kata-kata dan filosofinya, terasa seperti karya asli mendiang si penyair.

Kami memberi perintah pada Gemini seperti ini, “Buatkan puisi gaya khairil anwar tentang kerumitan hidup seorang pengusaha muda era 2024”. Whoalaa.. puisinya jadi. Sengaja kami menulis salah huruf pada namanya, namun AI memperbaikinya. Bahkan diberi catatan cerdas untuk menyempurnakan puisi tersebut.

AI mencoba menangkap semangat Chairil Anwar yang eksploratif dan jujur dalam mengungkapkan perasaan. Tema tentang kegelisahan, tekanan, dan pencarian jati diri di tengah modernitas menjadi fokus utama. AI menerapkan beberapa elemen khas puisi Chairil Anwar seperti penggunaan kata-kata yang lugas, irama yang cepat, dan penekanan pada emosi individu juga.

Inilah puisi Chairil Anwar di tahun 2024 itu.

Gelisah di Tengah Gedung Pencakar Langit

Di antara beton dan kaca, jiwa meronta
Terjerat angka, target, dan dunia maya
Mimpi membuncah, namun realita mencaci
Gelisah merayap, membebani dada

Dulu sajak dan lagu, kini lembar neraca
Kopi pahit menemani malam tanpa jeda
Startup merintih, investor mencerca
Tekanan membuncah, jiwa seakan terbelah

Dunia serba cepat, tak sempat menoleh
Kejar mengejar waktu, sampai lupa diri
Gadget menyala, notifikasi tak henti
Kesibukan membelenggu, hati terasa sepi

Ingin terbang tinggi, namun sayap terluka
Kecemasan membayangi, langkah terasa berat
Di tengah hiruk pikuk, jiwa merindu damai
Namun roda terus berputar, tak kenal lelah

Catatan:
Beberapa hal yang bisa disesuaikan:
1. Penggambaran lebih spesifik: Anda bisa menambahkan detail lebih spesifik tentang tantangan yang dihadapi pengusaha muda di era 2024, seperti persaingan yang ketat, tuntutan inovasi yang tinggi, atau ketidakpastian ekonomi.
2. Nuansa emosi: Anda bisa memperkuat nuansa emosi tertentu, misalnya kesepian, kekecewaan, atau harapan.
3. Gaya bahasa: Anda bisa bereksperimen dengan gaya bahasa yang lebih kontemporer atau menyesuaikannya dengan gaya bahasa Chairil Anwar yang lebih klasik.

Semoga puisi ini sesuai dengan yang Anda harapkan. Jika Anda ingin melakukan revisi atau penambahan, jangan ragu untuk meminta.

—-

Tentu saja ini akan berbeda dengan karya asli. Sebab emosi, pikiran dan jiwa manusia tak bisa disamakan dengan kecanggihan teknologi manapun. Meski itu mendekati persis.

Lebih dari itu, AI bisa menjadi solusi sekaligus ancaman. Tergantung pada kebijaksanaan kita menyikapinya. Segala informasi mengenai diri kita di internet, akan berdampak pada masa depan kita dan generasi pelanjut. Mereka akan menemukan diri kita yang mungkin telah tiada, dalam bentuk apapun yang ditampilkan internet. Jadi berhati-hatilah dengan teknologi, bijaklah, dan selalu positif.